Kamis, 25 Agustus 2011

the meyers school dan rahasia dibalik kebohongan part IV




Duka yang Datang di Saat Bahagia (bab 4)
Tak tersa sudah berbulan-bulan mereka bersekolah di sekolah barunya ini. Hari ini hari Sabtu tepatnya tanggal 05 januari 2001, Roy ulang tahun untuk yang ke 17. Banyak dendelion yang datang kepada nya dan sudah pasti Roy tahu kalau kata kunci nya adalah ‘kirimkan dendelion ini kepada orang yang berulang tahun’. Wajah yang cerah menghiasi muka Roy yang mendapatkan banyak kado di kamarnya. Sebagian kado datang dari kawan, tetangga, dan keluarga. Hanya saja tidak ada kado dari ayahnya kali ini. Biasanya ayah Roy lah yang tak pernah absen mengirim kado kepadanya. “happy birthday Roy” ujar Fina, Mey, dan Zack semangat. Mereka memberikan kado masing-masing. “makasih ya” ujar Roy sambil memeluk mereka bertiga. Roy segera membuka kado-kado itu. Fina memberikan jam beker dan ada kartu ucapan yang bertuliskan ‘jangan sering kesiangan lagi ya. Bertambah rajianlah lewat jam beker ini J’ kado dari Zack adalah kemeja berwarna hitam putih yang sudah dipersiapkannya dari dulu. Kado dari Mey adalah sebuah bingkai foto yang sudah terisi foto mereka berempat sewaktu pertama kali masuk sekolah. ‘lewat foto ini kamu harus selalu ingat dengan kita. Best friend forever’. Lalu mereka pun menuju kelas masing masing, Roy, Mey, dan Zack menuju kekelas kreyson dan Mirafina menuju ke kelas Rawnsky. Disana sudah ada Mam. Rihanna yang duduk di meja guru. Mereka bertiga segera berlari ke tempat duduk yang tersisa. “benarkah hari ini adalah hari ulang tahun mu Roy?” Tanya Mam. Rihanna dari meja guru. Semua pandangan anak Kreyson tertuju kepada Roy yang duduk diujung kelas. “ya Mam.” Jawab Roy mantap sambil tersenyum. “entah apakah ini kabar baik untuk mu atau mungkin kabar buruk, nak.” Lanjut Mam. Rihanna. “apa maksud anda Mam?” Tanya Roy dengan mata yang menyipit. Zack dan mey terus mengawasi kedua orang itu dengan kebingungan. “ayah mu sekarat dirumah selagi kau bersenang-senang di hari ulang tahun mu? Disini nak?” ujar Mam. Rihanna. “apa?” teriak anak-anak di kelas Kreyson. Teriakan mereka mengalahkan teriakan burung-burung yang sedang berdiul di luar jendela. Roy segera berlari sambil membawa tas nya keluar kelas. “jangan lupa aja kedua kawan mu itu nak” tambah mam. Rihanna. Namun, tanpa disuruh Mey dan Zack sudah keluar duluan. “kita semua turut berduka cita nak” ujar Mam. Rihanna memejamkan mata. Di luar kelas Roy melemparkan semua kado-kado yang diterimanya tadi pagi. Zack mencoba mengejar Roy yang berlari keluar sekolah. Mey mengulurkan tangannya dan mengeluarkan cahaya berwarna biru dan putih. Cahaya itu mengambil barang-barang Roy yang jatuh dan meletakkannya di kamar Roy. Itulah sihir tanpa tongkat dan tanpa sihir yang merupakan kelebihan Mey selama ini.
Mereka bertiga segera menuju rumah Roy dengan menggunakan 2 kuda jantan. Kuda yang pertama dianaiki oleh Roy yang sedang emosi dan kehilangan kendalih. Kuda kedua berada dibelakangnya dan ditunggangi oleh Zack dan Mey. Kuda itu tidak seperti kuda biasa. Kuda tersebut memang sudah disediakan sebagai transportasi darurat bagi murid. Setelah sampai dirumah Roy yang luas dan megah itu, mereka segera berlari kelantai atas: kamar ayah Roy. Hanya terbaring diatas kasur dengan keadaan koma. “meskipun dia koma, aku yakin dia bisa mendengar kita” ujar Mey asal demi menenangkan Roy. “ayah? Ini aku Roy. Hari ini aku ulang tahun yah. Mana kado untukku kali ini yah? Mana yah? Ayah..?” ujar Roy pelan  menahan tangis. Zack hanya berdiri diatas Roy, mengusap-usap punggung sahabatnya itu. tiba-tiba Fina datang dan masuk kedalam, kearah mereka bertiga: Roy, Zack dan Mey. Tetapi tak ada yang menyadari kedatangan Fina. Mereka semua dalam keadaan gentir. “ka..kamu mau kado da..dari ayah nak?” Tanya Ayah Roy yang terbangun dan bicara sambil terbata-bata. “sini nak…” ujar ayahnya. Roy pun mulai mendekat kearah ayahnya dan duduk disamping nya. “ini ka..kado dari ayah nak..” ujar ayahnya sambil mencium kening anaknya. “mungkin ini kado terakhir dari ayah nak. Tetapi ayah akan selalu ada di sini… di dalam hatimu”ujar ayahnya “dan kalian….” kata ayah Roy kepada Zack, Fina, dan Mey. “jadilah ayah baginya.. ayah bangga kepada kalian semua” lalu mata ayah Roy perlahan tertutup. Takada lagi air mata diwajah Roy. Hanya senyuman yang melintas diwajah Roy. “dia akan bahagia disana” kata Roy tenang menghadap kearah ketiga kawannya meyakinkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar