tapi aku bukan mereka, kan? kita hidup dan dibesarkan di lingkungan dengan cerita yang berbeda pula, jadi, jangan pernah berkomentar apapun soal aku. jangan pernah merasa mengenalku, karena satu persen pun kalian tidak.
semuanya terasa menyenangkan, jauh lebih mudah, ketika seseorang datang. dan aku, tanpa diminta, dengan senang hati, memberikan segalanya. hidupuku. ceritaku. apapun yang menjadikan aku, aku.
katanya, seseorang ini begitu menyayangiku.
katanya, jika aku bersedih tentunya dia akan ikut bersedih.
suatu hari aku datang dengan air mata, bercerita tentang masalahku yang hampir selama mengenalnya mungkin selalu itu saja yang dibahas. tidak kunjung habis, tapi bagaimana? memang itu titik terlemahku.
titik terlemahku adalah perasaan dan ekspektasi,
ia yang mungkin sudah jengah mendengarku mengeluhkan hal yang itu-itu saja, ia yang mungkin sudah cukup muak akan dirinya sendiri karena tidak pernah berhasil membantuku untuk menyelesaikan masalah ini, berkata bahwa aku memang harus menerimanya.
memang benar, kadang ada sesuatu yang harus diterima saja.
tapi sayangnya, dari dulu aku terlalu takut akan fakta itu. aku takut akan fakta bahwa tidak selamanya semua akan tetap sama. aku terlalu takut akan fakta bahwa orang tidak harus selalu ada untukku.
aku senang ia mengatakannya untukku. karena aku menyadari bahwa yang sulit bukan mencari seseorang yang mau membesarkan hatimu tapi mencari seseorang yang akan melontarkan kepahitan demi kebaikanmu.
tapi aku malu.
karena tanpa sadar ia telah menyelamiku lebih dari manusia manapun di dunia ini.
karena lagi-lagi tanpa sadar aku telah membiarkanmu masuk terlalu dalam dan merusak pertahananku.
terimakasih telah menyayangiku.
maaf, jika mungkin aku tidak lagi bisa seperti dulu.
karena aku takut.
takut jika kamu menjadi titik terlemahku berikutnya.
karena aku takut.
takut jika kamu menjadi titik terlemahku berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar