Pranala Kecil
Mey tidak kembali ke kamarnya. Ia menuju kekamar Erika yang tertutup rapat. Koridor sangat sepi. Tak biasanya seperti ini. Mungkin murid-murid sedang belajar di dalam kamar mereka masing-masing. Atau mungking mereka sedang berlibur sebelum masa ujian dimulai. Ujian dilaksanakan selama satu minggu. Dan semua anak pasti berpikir mereka tidak akan menikmati liburan selama satu minggu penuh. Setiap guru yang mengajar hari itu, terutama Mam. Rihanna sangat antusias memberikan materi untuk ujian mereka. Mam. Rihanna sangat tidak ingin muridnya tidak lulus dan harus tinggal kelas.
Mey mengetuk pintu kamar Erika yang berada di lantai dua. Pintu membuka sendiri, dan terlihat Erika sedang mengacungkan tongkatnya kea rah pintu. Mey menengok kebelakang, seakan ingin mencari tahu siapa yang akan disihir oleh Erika. Tak ada siapa-siapa disana hanya Mey yang berdiri didepan pintu. “tidak Mey, aku hanya membuka pintu dengan tongkatku.” Ujar Erika menjawab ekspresi Mey yang bingung.
Mey tersenyum dan ia segera duduk disamping Erika. “sedang apa kau?” Tanya Mey sambil memgeluarkan tongkat sihirnya dan membandingkan dengan tongkat sihir Erika. “hanya berlatih-latih kecil untuk ujian mendatang” jawab Erika tersenyum kecil. “oh. Rasanya ingin sekali mengajakmu belajar bersama kami dibawah pohon beringin tapi… yeah” ujar Mey masih menghadap kearah tongkat sihirnya. “yeah--- aku juga---untuk apa bersedih-sedih Mey? Itu bias mengganggumu mengerjakan ujian nanti” jawab Erika sambil meletakkan buku yang tadi dipegangnya ke atas meja kecil dekat kasurnya. Buku itu sanagt tebal kurang lebih 1500 halaman. “jangan sedih? Aku tidak sedih Erika. Bahkan sepertinya kau yang sedih dan--- apakah kau ada masalah?” Tanya Mey menyeringai ke wajah Erika.
“apakah kau ingat saat aku kekamarmu diawal-awal tahun ajaran? Dan apakah kau ingat apa yang kita lakukan….”
“kita menemukan pintu rahasia dan itu adalah pintu menuju ruangan yang sepertinya milik Mam. Rihanna sewaktu ia bersekolah disini dulu. Wah kau sangat bangga bisa mendapatkan kamar itu” sengal Mey bersemangat. Mereka bercerita tentang beberapa bulan yang lalu saat Mey dan Erika menemukan sebuah ruangan rahasia dikamar Mey sewaktu mereka bermain petak umpet. Ya, mereka bermain seperti anak-anak. Di dalam ruangan itu banyak sekali barang yang sepertinya berharga dan antik. Salah satunya adalah buku mantra yang sangat tebal dan kumal. “dan ingat kau tidak memperbolehkan kita mengambil salah satu dari benda itu?” Tanya Erika mengingatkan. “oh ya! Tentu saja. Aku takut Mam. Rhinna tau dan...tapi mengapa kau bertanya seperti itu?” Tanya Mey heran dan memasukkan tongkat sihirnya kedalam jaket abu-abu nya lagi. Namun Erika tidak menjawab. Ia mengeluarkan sebuah gulungan surat kecil yang di letakkan didalam kotak kaca. “eh… ini bukan dari kamar rahasia itu kan?” Tanya Mey tambah heran sambil menunjuk surat kecil itu. “kau benar. ini dari sana Mey. Aku mengambilnya” jawab Erika. Mey ingin bicara tetapi Erika meneruskan kalimatnya terlebih dahulu “aku ingin mengambilnya karena… yeah dia menarik perhatianku. Entah kenapa kupikir benda ini berguna bagi kita. Aku juga bingung. Tapi... yeah aku ingin mengembalikannya padamu. Aku sudah membaca isi surat itu dan kupikir ada yang aneh. Surat itu ditulis tangan oleh Mam. Rihanna. Mungkin kau akan mengetahui artinya nanti.” Jelas Erika panjang lebar.
Tetapi entah mengapa Mey tidak bisa marah kepadanya, padahal Erika telah mengambil barang itu diam-diam tanpa sepengetahuannya. Dan Mey mengambil benda yang tersimpan didalam kaca itu kedalam kantongnya. “aku simpan ini. Tapi aku tidak berjanji padamu Erika kalau aku akan mengartikan maksud dari surat itu. Aku tak mau mengutak-atik rahasia pribadi orang lain” jawab Mey dengan wajah yang tampaknya kecewa terhadap Erika. “terserah kau Mey. Aku percaya padamu. Tapi tolong janagn berikan surat ini kepada Daniel. Kau kenal dia kan?” ujar Erika penuh harap. “yeah, aku kenal dia. Dia anak Mr. George dan istrinya kan? Dia salah satu murid yang cukup pintar di kelas blacksny” Jawab Mey dan melanjutkan kalimatnya di dalam hati ‘dia juga cukup licik sepertinya. Sama seperti ayahnya kupikir’
“ta…tapi… tunggu dulu, mengapa kau tak mengizinkannya? Bukankah dia satu asrama dengan mu?” Tanya Mey kesal sambil mengangkat alisnya heran. “sejak ia melihat aku memegang benda itu, ia semakin agresif dan kasar kepadaku. Ia berkata ‘tolong berikan benda itu kepada saya! Saya butuh benda itu! Dimana kau mendapatkannya?’ entahlah aku merasa ia ada hubungannya dengan benda ini. Sepertinya ia sangat membutuhkan benda ini” jawab Erika lembut. “tapi benda ini hanya secarik kertas Erika. Hanya surat yang ditulis tangan oleh Mam. Rihanna. Apakah ini penting? Lagipula jika Daniel ingin membacanya, apa salahnya? Toh ini buakn rahasia besar.” Jawab Mey. “entahlah. Mungkin didalam kertas ini hanya ada bacaan ‘aku menang. Aku yang berkusa sekarang.’ Tetapi, entah mengapa perasaanku berkata bahwa ini sangat penting bagi kita.” Ujar Erika sambil mengangkat bahunya. “baiklah Erika, yeah. Aku tak akan memberitahu Daniel. Tapi… bolehkah aku memberitahu mereka bertiga?” Tanya Mey lagi. Erika langsung menebak bahwa mereka bertiga adalah Fina, Roy, dan Zack. Lalu, beberapa saat kemudia Erika pun mengangguk tersenyum.
Bagi Mey, untuk apa mengurusi surat yang tak penting itu? Lagipula besok ia akan berlibur. Kepantai. Mey sangat berharap esok hari akan datang lebih cepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar